Seekor kura-kura keluar dari cangkang yang selama ini membungkus dirinya,
masih berselaput sisa-sisa cairan yang selama ini menjadi sumber hidupnya.
Walaupun masih lemah, terus dia usahakan membuka matanya mempelajari keadaan
sekitarnya.
Dilihatnya segenap makhluk yang ada disekitarnya, diamati, dipelajari
semuanya sambil terus melanjutkan hidupnya. Ada rasa kekaguman, keheranan, iri
hati, kekecewaan, sesal dan rasa lainnya .Seiring dengan perkembangan tubuhnya,
semakin lama semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang terus berkecamuk di
dirinya.
Mengapa diriku terlahir sebagai kura-kura?
Mengapa bukan sebagai hewan yang lain atau makhluk lainnya?
Coba aku bisa seperti kijang yang bisa cepat berlari
Coba aku bisa seperti singa yang gagah dan tegap badannya
Sementara diriku
Apa yang bisa membagakan dari kaki-kakiku yang kecil?
Apa yang bisa kubanggakan dari mukaku ini?
Apa yang bisa kubanggakan dari tempurungku ini?
Mengapa kalian sering menghina dan mencemoohku?
Mengapa kalian tidak pernah memperhatiakn diriku?
Adilkah Engkau ?
Dimanakah adanya Keadilan?
Dimanakah adanya Kebenaran?
Dimanakah adanya Kedamaian?
Semakin lama, semakin banyak pertanyaan yang semakin membuat dirinya
bingung dan merasa kecewa. Dicarinya tempat dan makhluk lainnya yang bisa
memberikan dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dirinya. Tidak ada
jawaban yang mampu memuaskan dirinya, padahal sudah terasa lelah dia melakukan
perjalanan. Hingga akhirnya sang kura-kura dengan duduk termenung dia merenungi
nasibnya. Tak dihiraukan keadaan sekelilingnya, sampai pada suatu ketika
dilihatnya seekor kijang yang tengah berusaha menyelamatkan dirinya dari
terkaman singa namun tidak berhasil dan dimakan oleh sang singa. Saking terkejutnya
membuat sang singa terganggu dan berusaha memakannya. Karena takutnya kura-kura
menarik segenap anggota tubuhnya kedalam tempurungnya sehingga singa tidak
berhasil memakannya dan setelah selesai menyantap sang kijang diapun pergi.
Seketika kura-kura tersadar, sebuah pencerahan dialaminya. Apa yang selama
ini menjadi pertanyaan dan beban dirinya sirna sudah. Rasa puji syukur dia
panjatkan. Betapa selama ini dirinya disilaukan oleh keadaan sekitar sehingga
tidak melihat hati dan pikiranya. Mempelajari hatinya sebagai sebuah buku yang
tidak habisnya untuk dipelajari. Mempelajari pikiran nya sendiri, melihat dan
mengamatinya. Pikiran yang selama ini membuat dirinya terombang ambing. Betapa
selama ini ini yang dia cari-cari ternyata berada dalam dirinya sendiri. Sebuah
pencerahan yang akhirnya membuat kura-kura semakin mantap melangkah sambil
terus berusaha tersadar dalam segenap gerak hidupnya. Kebenaran dan kedamaian
yang selama ini dicarinya telah ditemukannya. Jejak langkah kura-kura dalam
menapaki hidup.
Ketika pikiran terang, Anda akan dapat melihat kotoran batin dengan jelas
dan juga membersihkannya.
Kedamaian ada pada diri sendiri, ditemukan di tempat yang sama dengan
kesulitan dan penderitaan
Ketika Adnda merasakan penderitaan, Anda juga dapat menemukan kebebasan
dari penderitaan
Mencoba lari dari penderitaan sebenarnya justru berlari menuju penderitaan.
(dikutip dari Tidak Ada ~ Ajahn Chah)
No comments:
Post a Comment