Malam itu si kecil dan sang adik sedang asyik menonton film kesayangan mereka berdua. Si kecil mencoba menjadi Ultraman Nexus, sementara sang adik mencoba menjadi Ultraman Gaia. Berdua mereka saling serang, kadang bergulingan di kasur seolah menghadapi monster. Tingkah polah keduanya tak lepas dari perhatian sang bapak dan ibu yang sedang menyantap hidangan malam.
Setelah sang bapak selesai makan, dihampirinya mereka berdua yang tampak kelelahan duduk bersandar di dinding kamar.
“Bagaimana, sudah lelah ya kalian bermainnya,” tanya sang bapak.
”Iya pak. Besok kalau dah besar aku mau menjadi Ultraman, adik juga ingin seperti Ultraman,” kata si kecil sambil melihat kepada adiknya, “Tapi apa bisa menjadi Ultraman ya pak?”
Sang bapak hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dilihatnya si kecil dan adiknya yang dengan semangatnya ingin menjadi Ultraman. Cita-cita yang sederhana.
“Ayo sini kalian berdua lihat lagi film Ultraman tadi, sambil bapak pijitin kaki dan tangan kalian,” kata sang bapak yang diikuti si kecil dan adiknya sambil menjulurkan tangan dan kakinya.
Sambil memijat-mijat mereka berdua, sang bapak akhirnya melannjutkan kembali kata-katanya.
”Coba kalian lihat Ultraman itu, betapa dia datang ke bumi ini karena tertarik dengan adanya semangat saling menolong, mencintai sesama, sikap berani berkorban bagi sesamanya. Dia mempelajari semuanya itu. Memang diapun menyadari bahwa tidak semuanya menyadari memiliki semuanya itu, namun dia yakin bahwa semua itu masih ada. Maka diapun akan selalu berusaha menyelematkan semua makhluk yang ada, dengan segala kemampuan yang terbaik dia akan berjuang,” kata sang bapak sambil memberikan olesan minyak kayu putih dan irisan bawang merah.
”Kalau seorang Ultraman saja mau mempelajari semua itu, tertarik dengan semua yang sebenarnya sudah kita miliki maka bapak harapkan kalian berdua mencoba menggali dan memelihara segala sikap yang sebenarnya sudah kalian miliki. Rasa saling menyanyangi, saling membantu sebaiknya kalian jaga. Tunjukkan semua itu terhadap semua teman maupun yang memusuhimu. Berikan yang terbaik dari dirimu bukan untuk sanjungan ataupun pujian yang nantinya kalian dapatkan, namun karena memang begitulah kalian harus saling menyayangi dan membantu sesamamu. Apabila semuanya itu bisa kalian pahami dan lakukan dengan tulus, bapak rasa itulah Ultraman yang sejati, ” lanjut sang bapak.
”Ayo dik kita latihan lagi sebagai Ultraman,” sahut si kecil kepada adiknya. Berdua mereka kemudian bersatu padu menyerang sang bapak yang dianggap sebagai monster yang harus mereka taklukkan.
Sang ibu hanya tersenyum melihat kelakuan mereka berdua, sambil membersihan meja makan dan piring .
Suara binatang malampun telah menantikan saat-saat untuk menghabiskan kehangatan sinar rembulan
No comments:
Post a Comment