Sore itu cuaca sangat cerah
ketika si kecil,sang adik dan bapaknya sedang asyik bermain layang-layang di
sebuah lapangan dekat rumah mereka. Sang ayah sedang sedang berusaha
menerbangkannya setelah sebelumnya di bantu si kecil, sementara sang adik
membantu memegang tempat gulungan benang . Tak beberapa lama, layang-layang
berhasil mengudara. Si kecil kemudian diajari caranya menerbangkan
layang-layang. Terbayang wajah keceriaan dari si kecil dan sang adik. Betapa
mereka sangat menikmati permainan tersebut.
”Ayo sekarang coba kamu
tinggikan lagi, ulur benangnya,” kata
sang ayah yang diikuti si kecil dengan mengulur
benang sehingga layang-layang terlihat semakin tinggi.
”Ayo kamu tarik benangnya, agak
kamu turunkan lagi. Kemudian buatlah layang-layng itu bergerak kekanan, kekiri atau memutar-mutar,” lanjut
sang bapak kepada si kecil.
Sang bapak berusaha mengajari
si kecil, dan tentu saja sang adik juga ikut belajar dengan memperhatikan
semuanya. Setelah beberapa lama, akhirnya layang-layang diturunkan. Mereka
bertiga duduk dibawah pohon, sambil dibukanya bekal minuman dan makanan kecil.
”Bagaimana le, senang tidak bermain layang-layang?” tanya sang bapak.
”Tentu saja senang pak, besok
main lagi ya. Adik juga senang,” jawab si kecil sambil melihat sang adik. Adik
si kecil hanya tersenyum sebagai tanda kalau diapun menikmati bermain
layang-layang.
”Bapak juga senang kalau kalian
menikmatinya. Akan lebih senang lagi kalau kalian bisa belajar dari sebuah
permainan ini,"kata sang bapak.
Sejenak dia terdiam seakan
mencari kata-kata yang tepat bagi si kecil dan sang adik. Setelah beberapa saat
akhirnya dilanjutkan lagi.
”Seperti layang-layang saat
ditarik talinya akan terasa ketegangan, begitu pula dirimu ada saat dirimu
merasakan ketegangan, kegelisahan, kegundahan karena sesuatu hal yang
mempengaruhimu. Ada juga saatnya dirimu merasakan diri lepas bebas, tidak ada
beban yang membebanimu seperti saat layang-layang diulur talinya. Saat tegang
dan lepas itu akan silih berganti datang. Kelak kalian pelajari dan amati hingga
nantinya kalian memahami kalau semuanya itu hanyalah ilusi semata. Sebagai
permainan pikiran kalian. Semoga nantinya kalian bisa menikmatinya sebagai
sebuah kesatuan. Terkadang dirimu harus belok ke kanan, kekiri, atau jungkir
balik namun akhirnya dirimu akan terus berusaha terbang tegak seperti
layang-layang tadi yang akhirnya terus terbang, ” kata sang sambil melihat si
kecil dan adiknya yang sedang makan pothil
”Seperti layang-layang yang
mebutuhkan dirimu untuk menerbangkan dan mengendalikanya. Kalian berdua juga
harus belajar mengendalikan diri. Belajarlah seperti saat bermain
layang-layang. Jangan sampai kehilangan kendali. Belajarlah terbang selayaknya
layang-layang yang dengan kokohnya menerima semua goncangan angin sebagai teman
dirinya untuk terus terbang. Kelak kalian akan bisa menemukan yang lebih banyak
lagi dari sebuah permainan layang-layang, seiring dengan pertumbuhan dan
keinginan kalian untuk terus belajar,” lanjut sang bapak sambil diusapnya
kepala si kecil dan sang adik.
Kemudian mereka bertiga
merapikan segala peralatan dan layang-layang yang ada. Bertiga mereka akhirnya
berjalan pulang ke rumah. Senyum dan kehangatan sang ibu sudah menantikan
kedatangan mereka bertiga.
No comments:
Post a Comment