Tuesday, October 25, 2011

Celoteh Si Kecil ~ Hanyalah seekor precil yang sedang belajar..

"Suatu ketika Prabu Anglingdarma sedang ingin melihat keadaan sebenarnya dari rakyatnya di Malawapati. Karena saktinya dan tidak ingin ketahuan maka ia menggunakan ilmu malih rupo (merubah wujudnya) menjadi seekor burung pipit. Dengan bebasnya ia dapat mengetahui kehidupan rakyatnya, terbuka semua tanpa ada yang bisa ditutup-tutupi. Semua pembicaraan rakyatnya bisa dia ketahui tanpa diketahui oleh rakyatnya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di sebuah ranting pohon di tepi sebuah sawah. Betapa dia sangat menikmati perjalanannya selama ini, banyak manfaat yang bisa dia ambil. Kehidupan yang sebenarnya dari rakyatnya dapat ia ketahui.

Ditengah-tengah keasyikannya menikmati suasana pedesaan, sayup-sayup dia mendengar pembicaraan yang mengusik telinganya. Kemudian dia terbang mendekati asal suara tersebut. Dengan Aji Gineng yang dimilikinya dia dapat mendengar segala pembicaraan hewan , ternyata sumber suara tersebut berasal dari pembicaraan antara precil (anak katak), ikan cetho (ikan kecil) dan belalang. Asyik sekali pembicaraan mereka , dan mampu mengusik Anglingdarma yang saat itu malih rupa menjadi burung pipit.

"Hai precil, apa yang kauinginkan apabila kau diberi kesempatan Sang Pencipta untuk berreinkarnasi? " kata belalang.
 
Sang precil diam saja sambil tersenyum.

"Ayo jawab dong, masak mesam-mesem saja. Cepat dong !" kata belalang tidak sabar, maklum dia wataknya ambisius. Apa yang menjadi keinginannya harus tercapai. Semua harus mengikuti kehendaknya. Tidak ada yang lebih hebat dari dirinya. Dialah juaranya.

"Iya nih, masak gitu saja tidak bisa. Jawab dong ! " kata ikan cetho memanaskan suasana. Sudah menjadi sifat dan kebiasannya, suka memperkeruh keadaan. Dia akan ikut siapapun, yang penting dia memperoleh kenikmatan. Tidak ada kawan atau lawan sejati, yang ada hanyalah kenikmatan pribadinya saja.

Precil masih tetap diam seperti semula, cuma tersenyum memandang kedua temannya. Sudah menjadi wataknya, tidak mudah untuk mengutarakan kata hatinya. Dilakukan pemikiran dan pemahaman yang mendalam, terus dicarinya agar mencapai kebenaran yang hakiki.

"O a lah, senyum melulu." gerutu belalang. "Ya sudah, kalau menurutmu bagaimana cetho, apa yang kauinginkan?"

"Kalau aku diberi kesempatan berreinkarnasi maka aku tidak mau menjadi ikan cetho lagi. Sungguh tidak mengenakkan, tidak ada yang bisa dibanggakan. Badan sekecil ini apa manfaatnya, aku tidak suka digangguin sama anak kecil-kecil. Aku tidak mau selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Aku ingin bebas merdeka." sahut cetho dengan semangatnya.

"Cuma begitu saja keinginanmu." kata belalang, seakan menantang.

"Kalau aku yang jelas sudah bosan dengan kehidupanku sekarang ini. Hidup apaan ini menjadi seekor belalang, tiap hari cuma makan daun padi yang tidak enak ini. Belum lagi hidup penuh gangguan dari hewan lain manusia. Sungguh tidak mengenakkan."

Kemudian dengan sombongnya belalang melanjutkan kata-katanya, "Aku ingin menjadi manusia, sungguh enak rasanya kalau aku bisa menjadi manusia. Akan kucari harta yang banyak, kucari kesenangan hidup sepuasnya, isteri yang cantik dan banyak, kekuasaan yang besar. Akan kubalas juga orang-orang yang selama ini suka menyemprotku dengan pestisida, kuhancurkan semuanya yang bisa menghalang-halangi cita-citaku. Dunia ini akan kugenggam dalam kekuasanku, semua makhluk hidup harus tunduk kepadaku. Termasuk engkau cetho, kamu harus ikut apa kataku." Sambil membusungkan dadanya, belalang mengatakan semuanya itu.

"Betul sekali belalang, aku akan ikut semua kata-katamu." sahut cetho. Maklum ingin cari selamat dan ikut mulyo, ikut saja yang penting "bahagia".

Sang Precil tersenyum melihat kelakuan kedua temuannya, dalam hatinya ia berkata "Kasihan sekali teman-temanku, mereka tidak mengetahui apa yang "sebenarnya" meraka cari selama ini".

"Kenapa senyum-senyum, sudah tau jawabnya? Makanya otaknya dipakai to dasar dodol!" sahut cetho

Sambil tersenyum pula precil berkata, "Aku tidak mau apa-apa lagi kawan-kawan, aku sudah cukup bahagia dan bersyukur dengan kehidupanku selama ini. Akan kujalani hidup ini dengan tersenyum sepahit apapun itu, aku akan berusaha agar aku dapat tumbuh berkembang menjadi seekor katak dan kemudian akan mencari pasangan hidupku guna meneruskan generasiku. Aku sadar aku terlahir sebagai seekor kecebong yang kemudian adan bermetamorfosis menjadi seekor katak. Apa yang terjadi dikehidupanku kuterima dengan penuh syukur, kugunakan waktu yang tersisa agar mampu memberikan manfaat yang sebesar-bessarnya bagi semuanya. Kalau memang suatu waktu aku dimakan ular ataupun manusia, aku bersyukur karena kau sudah memberikan tubuhku kepada mereka agar mereka bisa makan. Karena memang begitulah Siklus hidup yang harus kujalani."

Kemudian precil melanjutkan lagi kata-katanya, "Apakah dengan reinkarnasi atau menjadi makhluk hidup yang lain akan kita peroleh kebahagian yang kita cari. Coba lihat manusia yang sedang duduk di sana, kebetulan ada seorang pedagang yang sedang beristirahat karena capek. tidakkah terlihat murung dia, mungkin saja dia sedang memikirkan anak dan istrinya dirumah. Bagaimana dia memenuhi hidupnya. Mungkin juga dia sekarang sedang dikejar-kejar hutang. Coba lihat juga hidup pemilih sawah ini apakah dengan banyak harta dia bahagia, buktinya dia selalu ribut dengan istri dan anak-anaknya. Apa yang kita lihat baik belum tentu sebaik itu pula keadaanya. Yang bisa dilakukan hanyalah memberikan apa yang terbaik dari diri kita untuk sesama makhluk. Segala yang kita jalani selama ini hanyalah semu belaka, tidak ada yang abadi di dunia ini. Karena "Sang Pencipta" yang berkuasa atas semua ini. Kesenangan, kesusahan, kebahagiaan, keindahan adalah fatamorgana, selama kita tidak terikat terhadap semua itu akan diperoleh kebahagiaan yang sejati.

Belalang dan cetho terdiam seribu kata, tidak disangka-sangka temannya masih kecil itu memiliki cara pandang yang begitu dalam. Pengetahuan hidup yang selama ini tidak terfikirkan oleh mereka. Merakapun tersadar dan terbuka bahwa selama ini mereka belum mengetahui hakeket hidup yang sebenarnya.

Sang Prabu Anglingdarma juga dibuat tertegun mendengar perkataan precil. Sebuah pemahaman konsep hidup yang tidak disangka-sangka. Alangkah baiknya apabila semua rakyatnya mampu memperoleh pemahaman hidup seperti itu, sehingga rakyatnya akan mensyukuri kehidupannya dan berusaha saling memberikan yang terbaik buat sesama. Negara Malawapati akan menjadi negara yang makmur, gemah rimah loh jinawi, tata titi tentrem kertoraharjo.

Kemudian dia terbang kembali ke istana, dan setelah berubah wujud menjadi manusia masih teringat semua yang kata-kata precil. Sungguh pembelajaran hidup yang sangat berharga yang dia terima dari seekor makhluk seperti precil

"Sakdermo sinau urip karo precil"

No comments:

Post a Comment