Sore itu si kecil marah-marah, teriak-teriak di halaman rumah. Setelah beberapa lama dirinya kemudian masuk kerumah, sambil mengambil mainan diapun asyik bermain. Tak beberapa lama sang adik yang mungkin terganggu teriakan Si Kecil, terbangun dari tidurnya. Diapun akhirnya berusaha bermain dengan sang kakak. Namun sang kakak tidak mau minjamkan mainanannya, sehingga yang ada tarik menarik diantara mereka berdua. Saat bertengkarpun dimulai, masing-masing tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya si kecil pun lari kepelukan sang bapak, sambil mengatakan kalau dirinya tidak mau lagi berteman dan bermain dengan temannya tadi dan adiknya. Begitu pula dengan sang adik, berlari dan memeluk sang ibu.
Setelah beberapa saat akhirnya si kecil dan adiknya saling bersalaman, saling meminta maaf dengan saling memberikan kecupan saying antara mereka berdua. Seperti biasanya untuk mendinginkan suasana, sang bapakpun memulai sebuah cerita dongeng buat mereka berdua.
Di suatu masa terdapat Negeri Barang, berbagai macam kelompok barang yang saling terpisah. Masing-masing kelompok terdiri dari satu jenis barang, misalnya kelompok pensil, kelompok penghapus, kertas, penggaris, rautan dan masih banyak kelompok lainnya. Tidak ada yang mau hidup membaur karena masing-masing merasa sebagai barang yang paling berguna. Kebiasaan ini terjaga secara turun-temurun. Hingga akhirnya hal itu dianggap sebagai kebenaran.
Seiring dengan berjalannya waktu dan generasi yang terus berganti. Muncullah beberapa segelintir barang di masing masing kelompok barang yang mulai bertanya “mengapa hanya ada satu jenis barang disini, mengapa tidak ada barang lain disini?”. Rasa penasaran, keingintahuan yang begitu besar membuat mereka meninggalkan kelompoknya untuk melakukan perjalanan pencarian jawaban atas pertanyaan yang selama ini muncul.
Hingga akhirnya tanpa disangka bertemulah berbagai jenis barang dari masing-masing kelompok yang melakukan perjalanan tadi di sebuah tempat. Berkumpul disitu pensil, penghapus, kertas, penggaris, rautan pensil. Mula mula mereka saling memperhatikan satu dengan yang lainnya, Sedikit demi sedikit rasa ego yang tertanam di diri masing-masing mulai luntur. Rasa saling memberi dan melengkapi mulai muncul. Rautan dengan tulus melakukan tugas dan kewajibannya dengan meraut pensil. Sang pensil juga dengan rajin memberikan tulisan dan gambar di kertas. Tak jarang penghapus tak pernah bosan mennghapus coretan atau gambar yang kurang pas. Dikala sang pencil membutuhkan bantuan untuk membuat garis-garis lurus , sang sahabat penggaris selalu siap membantunya. Demikian juga dengan sang kertas dengan tulusnya menyediakan dirinya untuk digunakan sebagai media demi sebuah tulisan atau lukisan. Begitu padu dan harmonisnya hubungan yang terbangun sehingga membentuk sebuah komunitas yang bagi sebagian kelompok lama sebagai sebuah komunitas baru. Rasa saling menyayangi, saling membantu, saling membutuhkan tercermin dalam setiap gerak langkah yang ada. Tanpa mereka sadari, buah dari tindakan yang selama ini mereka lakukan lambat laun sekat-sekat penghalang yang selama ini terbangun mulai runtuh. Sebuah pelita kecil perlahan menyalakan roda kehidupan di sebuah Negeri Barang.
Sebuah cerita pengantar tidur dari sang bapak, hingga tanpa disadarinya membuat si kecil dan sang adik tertidur .