Friday, July 22, 2011

Celoteh Si Kecil ~ Saling memberi dan mengisi

Sore itu si kecil marah-marah, teriak-teriak di halaman rumah. Setelah beberapa lama dirinya kemudian masuk kerumah, sambil mengambil mainan diapun asyik bermain. Tak beberapa lama sang adik yang mungkin terganggu teriakan Si Kecil, terbangun dari tidurnya. Diapun akhirnya berusaha bermain dengan sang kakak. Namun sang kakak tidak mau minjamkan mainanannya, sehingga yang ada tarik menarik diantara mereka berdua. Saat bertengkarpun dimulai, masing-masing tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya si kecil pun lari kepelukan sang bapak, sambil mengatakan kalau dirinya tidak mau lagi berteman dan bermain dengan temannya tadi dan adiknya. Begitu pula dengan sang adik, berlari dan memeluk sang ibu.

Setelah beberapa saat akhirnya si kecil dan adiknya saling bersalaman, saling meminta maaf  dengan saling memberikan kecupan saying antara mereka berdua. Seperti biasanya untuk mendinginkan suasana, sang bapakpun memulai sebuah cerita dongeng buat mereka berdua.

Di suatu masa terdapat Negeri Barang, berbagai macam kelompok barang yang saling terpisah. Masing-masing kelompok terdiri dari satu jenis barang, misalnya kelompok pensil, kelompok penghapus, kertas, penggaris, rautan dan masih banyak kelompok lainnya. Tidak ada yang mau hidup membaur karena masing-masing merasa sebagai barang yang paling berguna. Kebiasaan ini terjaga secara turun-temurun. Hingga akhirnya hal itu dianggap sebagai kebenaran.

Seiring dengan berjalannya waktu dan generasi  yang terus berganti. Muncullah beberapa segelintir barang di masing masing kelompok barang yang mulai bertanya “mengapa hanya ada satu jenis barang disini, mengapa tidak ada barang lain disini?”. Rasa penasaran, keingintahuan yang begitu besar membuat mereka meninggalkan kelompoknya untuk melakukan perjalanan pencarian jawaban atas pertanyaan yang selama ini muncul.

Hingga akhirnya tanpa disangka bertemulah berbagai jenis barang dari masing-masing kelompok yang melakukan perjalanan tadi di sebuah tempat. Berkumpul disitu pensil, penghapus, kertas, penggaris, rautan pensil. Mula mula mereka saling memperhatikan satu dengan yang lainnya, Sedikit demi sedikit rasa ego yang tertanam di diri masing-masing mulai luntur. Rasa saling memberi dan melengkapi mulai muncul. Rautan dengan tulus melakukan tugas dan kewajibannya dengan meraut pensil. Sang pensil juga dengan rajin memberikan tulisan dan gambar di kertas. Tak jarang penghapus tak pernah bosan mennghapus coretan atau gambar yang kurang pas. Dikala sang pencil membutuhkan bantuan untuk membuat garis-garis lurus , sang sahabat penggaris selalu siap membantunya. Demikian juga dengan sang kertas dengan tulusnya menyediakan dirinya untuk digunakan sebagai media demi sebuah tulisan atau lukisan. Begitu padu dan harmonisnya hubungan yang terbangun sehingga membentuk sebuah komunitas yang bagi sebagian kelompok lama sebagai sebuah komunitas baru. Rasa saling menyayangi, saling membantu, saling membutuhkan tercermin dalam setiap gerak langkah yang ada. Tanpa mereka sadari, buah dari tindakan yang selama ini mereka lakukan lambat laun sekat-sekat penghalang yang selama ini terbangun mulai runtuh. Sebuah pelita kecil perlahan menyalakan roda kehidupan di sebuah Negeri Barang.

Sebuah cerita pengantar tidur dari sang bapak, hingga tanpa disadarinya membuat si kecil dan sang adik tertidur .

Monday, July 18, 2011

Celoteh Si Kecil ~ Berkarya Dengan Cinta

Ada saatnya seseorang merasa CINTA hanya sebagai kata, ada saatnya dirinya benar-benar merasakan CINTA, ada saatnya dirinya sebagai bagian dari CINTA dan mewujudkannya dalam setiap KARYA sebagai bagian Percikan Cahaya Cinta NYA untuk melayani SESAMA.....
Mengisi waktu libur sekolah, si kecil dan adiknya bermain layang-layang dilapangan. Keduanya merasakan asyiknya menerbangkan layang-layang, apalagi saat itu angin yang berhembus cukup kencang. Sehingga bisa menerbangkannya setinggi-tingginya. Setelah dirasa cukup dan layang-layang diturunkan, mereka bersama sang bapak beristirahat dibawah pohon dipinggir sawah. Dibukanya bekal yang dibawa dari rumah, sambil makan dan minum sang bapak bercerita kepada si kecil dan adiknya.

Di suatu masa, ada tiga ekor ayam yang berteman dan bersahabat. Kemana-mana mereka selalu bertiga yakni ayam mutiara, ayam kalkun dan ayam cemani. Namun ada perbedaan yang membedakan diantara mereka bertiga. Ayam mutiara dengan bentuknya yang menarik didukung dengan bulu-bulunya yang cantik, selalu  berusaha untuk menonjolkan dirinya diantara semua teman dan hewan-hewan lainnya. Apa yang dilakukannya hanyalah untuk sebuah pujian, pengakuan bagi dirinya. Segala cara dilakukan demi sebuah kehormatan yang ingin dicapainya.


Ayam kalkun dengan badannya yang besar, terlihat kalem dan lembut. Dengan sabar dan telaten dia mengerjakan segala sesuatu. Selalu timbul keinginan untuk belajar karena dirinya menyadari segala kekurangan yang dimilikinya. Walaupun seringkali dia harus terjatuh namun dirinya akan berusaha bangkit kembali hingga dirinya menguasai apa yang sedang dia pelajari.


Lain lagi dengan sang ayam cemani. Dirinya diberikan anugerah bentuk yang gagah dan warna yang hitam kelam. Kegagahan yang seharusnya mampu membuat dirinya bangga, namun hal itu justru membuat dirinya malu. Merasa dirinya rendah dibandingkan dengan yang lainya. 


Hingga akhirnya karena suatu keadaan, mereka bertigapun akhirnya harus berpisah. Ayam mutiara pergi, dia tempuh perjalanan panjang. Disepanjang jalan yang dilaluinya senantiasa dirinya mengangung-agungkan kehebatan dan kesempurnaan dirinya. Segala kemampuan yang dimiliki digunakan untuk memperoleh 'pengakuan bahwa dirinya yang terhebat'. Ayam kalkun juga terpaksa harus pergi demi sebuah keinginan untuk terus belajar. Terus dicarinya guru dan ilmu-ilmu yang ingin dipelajarinya. Sementara sang ayam cemani masih saja menyalahkan semua keadaan yang didapatinya. Rasa iri, kecewa, kesal, marah muncul didirinya. Selalu itu saja yang dia jadikan alasan. Tanpa adanya suatu perbuatan yang dia lakukan, karena Sang Nasib lah yang bersalah kepadanya. Kenapa dirinya harus menjadi makhluk yang hina.

Setelah lama mereka berpisah, tibalah waktunya untuk berkumpul kembali. Pertama yang datang adalah Ayam Mutiara. Dicarinya sang sahabatnya ayam cemani. Dilihatnya sang sahabat sedang termenung. Berdua mereka bercerita tentang pengalamannya selama berpisah. Ayam mutiara menceritakan bagaimana dirinya selama ini telah keliru dalam menjalani hidupnya. Segala bentuk penghargaan, pujaan yang selama ini diinginkannya hanyalah semu belaka. Menjadi tiada berarti. Bahkan segalanya itu sekarang telah hilang, dan yang ada sekarang hanyalah  dirinya yang seakan malu untuk bertatap muka dengan teman dan semua makhluk yang ada. Demikian pula dengan sang ayam cemani. Dirinya menceritakan bagaimana dirinya dengan kepergian kedua temannya, merasakan kesepian. Perasaan merasa sebagai makhluk yang hina dan tak berguna semakin menguat. Bahkan terkadang timbul keinginan untuk mengakhiri hidup ini. Berdua mereka saling bercengkrama, hingga tidak menyadari bahwa ada sang pengintip yang telah mendengarkan semua perbincangan mereka berdua.

Sampai akhirnya sang pengintip yang tak lain sang ayam kalkun dengan raut muka penuh keceriaan menampakan diri dihadapan mereka berdua. Ayam mutiara dan ayam cemani menyambut kedatangan sahabatnya dengan pelukan mesra. Ditumpahkannya kegalauan, rasa kesal yang selama ini membebani mereka kepada sahabatnya. Ayam kalkun hanya tersenyum, sambil memberikan belaian dan tepukan hangat kepada mereka. Setelah beberapa saat,  ayam kalkun akhirnya menceritakan perjalanan yang selama ini dilakukannya.

Sebuah perjalanan demi memenuhi keinginannya yang haus untuk belajar. Mencari setiap ilmu dari orang-orang yang dia sebut guru. Semakin banyak belajar, semakin lama disadarinya bahwa dirinya bukanlah apa-apa dan ilmu yang selama ini dipelajari selama ini barulah sebagian dari semua ilmu pengetahuan yang ada. Diapun memutuskan untuk beristirahat, menghentikan segala pencarian yang selama ini dilakukan. Cukup lama dia merenung, hingga akhirnya dia mengerti bahwa segala ilmu pengetahuan yang selama ini dipelajari dan dikuasainya menjadi tidak berguna apabila dirinya tidak menggunakannya sebagai bekal dirinya untuk membantu sesamanya. Semenjak itu dirinya terus berusaha agar sesamanya setidaknya merasakan manfaat dari semua ilmu yang dipelajarinya. Sekecil apapun itu setidaknya dirinya berusaha berbuat yang terbaik bagi sesamanya. Walaupun terkadang muncul cerita-cerita miring dan pertentangan dari pihak-pihak yang merasa tersudut akan apa yang selama ini dilkannya, namun dia tidak marah ataupun membencinya. Secara perlahan didekatinya sambi tetap dilakukan semua karyanya bagi sesamanya. Melalui curahan pemikiran, ataupun tindakan fisik seperti memberikan senyuman dan sapaan hangat bagi sesamanya yang sedang merasakan kesedihan. Terkadang justru dari sesamanya dirinya menjadi banyak belajar, hingga akhirnya semakin menemukan makna hidup ini. Saling mengisi dan memberi dengan sesamanya.


Kedua sahabatnya menjadi semakin tersadar, keduanya seakan dibangkitkan dari tidur panjangnya. Sejak saat itupun akhirnya mereka bertiga terus berkarya bagi sesamanya. Sekecil apapun sebuah karya, akan terus mereka lakukan sebagai sebuah karya pelayanan bagi sesamanya. Sebagai sebuah percikan-percikan Cahaya Nya untuk menerangi sesamanya.



Monday, July 4, 2011

Celoteh Si Kecil ~ Bentuk atau Isi


Seperti pada umumnya, setiap ada perayaan hati ulang tahun selalu ada kado yang  selalu dinantikan dan diharapkan  untuk diterima. Tidak ketinggalan Si Kecil dan sang adik yang kebetulan sedang merayakan ulang tahun bersama. Mereka berdua dirayakan secara bersama mengingat hari lahirnya yang berdekatan. Keduanya menantikan saat yang dinantikan, ketika sang ayah dan ibunya memberikan  hadiah.

Tampak  dua buah  kado dengan ukuran dan bentuk dan warna yang berbeda. Kedua kado tersebut sama-sama menarik perhatian si kecil dan adiknya. Mereka berduapun akhirnya berebut memilih salah satu dari kedua kado tersebut. Tidak ada yang mau mengalah. Saling tarik diantara mereka berdua, hingga akhirnya yang ada suara tangis yang menandai saatnya bertengkar sudah dimulai.

Setelah si kecil terdiam dipangkuan ayahnya dan  sang adik dipelukan ibunya, diperlihatkannya isi dari kado yang  mereka perebutkan tadi.

“Ini ya yang kalian berdua perebutkan,” kata sang  bapak sambil membuka bungkusan kado yang mereka  perebutkan. Tampak  sebuah  baju ultraman kesukaan mereka berdua.

“Sekarang bapak buka ya kado yang satunya, yang tidak kalian pilih, “ lanjutnya sambil membuka kado yang lain. Ternyata kado yang kedua juga berisi baju ultraman dengan motif dan warna yang sama dengan kado sebelumnya. Hanya ukurannya saja yang membedakan. Satu sesuai dengan ukuran si kecil dan satunya sesuai dengan ukuran adiknya.

Kemudian mereka berdua memakai baju yang barusan mereka terima, dan dilanjutkan lagi acara saat bertengkar yang ditandai dengan aba-aba dari si kecil kepada adiknya. Berdua mereka memperlihatkan  jurus dan ilmu ultraman seperti yang mereka lihat. Sang bapak dan ibunya hanya tersenyum melihat tingkah polah mereka berdua.

Setelah  mereka berdua merasa kecapekan, akhirnya kedua duduk bersandar disamping sang bapak dan ibunya.

”Bagaimana sudah puas sekarang kalian bertengkarnya?  Kenapa tadi  harus berebut sebuah kotak kado, bukankah masih ada kotak lainnya? Apa karena bentuknya yang lebih bagus sehingga kalian harus berebut kotak yang kalian perebutkan? Bukankah bungkusan dan bentuk kado yang lebih bagus belum tentu menjamin isinya juga bagus? Sengaja bapak dan ibu mencoba membedakan bentuk kado tersebut hanya  ingin mengetahui reaksi dari kalian berdua. Kedua buah kado yang  isinya sama saja," kata sang bapak sambil menepuk-nepuk pundak si kecil dan adiknya.


"Coba sekarang lihat botol minuman yang ada di kulkas, beraneka bentuk botol sesuai dengan kesukaan kalian masing-masing. Lihat lagi dan rasakan, bukankah isinya sama saja. Hanyalah air putih semata. Perhatikan juga beraneka ragam bentuk balon yang tadi bapak tiup. Bermacam bentuk yang menarik namun isinyapun hanyalah sebuah udara yang sama. Jadi mengapa kalian seringkali lebih melihat dan memperebutkan bentuk yang ada tanpa melihat isinya. " lanjut sang bapak


Si Kecil dan adiknya hanya bisa tersenyum geli mendengar penjelasan sang bapak. Kemudian merekapun membantu sang ibu belajar membuat roti. Dari sebuah adonan yang sama, masing-masing membuat roti sesuai dengan cetakan dan kreasi masing-masing.


Bentuk dan Isi. Kedua hal yang saling berhubungan,.Bentuk seringkali menjadi belenggu  dalam  melihat sesuatu yang terkandung didalamnya. Keindahan dan kesempurnaan suatu bentuk menjadi hal utama. Bahkan tak jarang "bentuk" mampu menimbulkan permasalahan. Sebagian merasa sebagai bagian dari bentuk yang terbaik, terluhur dan paling agung. Dan terkadang berusaha memaksakan agar timbul kesegaraman bentuk. Keindahan keberagaman terlupakan. Sebuah kemasan atau bentuk yang membuat terlena, melupakan "ISI" yang terkandung didalamnya. Melihat dari sebuah bentuk tanpa adanya keinginan untuk mengetahui makna yang terkandung dari setiap perbuatan, acara ataupun tindakan yang seharusnya dilakukan. Sehingga segala macam 'bentuk' menjadi kehilangan makna. Sebuah kebiasan saja.


"Hanyalah sebuah catatan perjalanan sambil merangkai puzzle-puzzle kisah kehidupan menjadi penuh makna."